Pelanggaran Etika tanpa
kita sadari sering di jumpai pada lingungan sekitar kita. Bahkan tidak menuntut
kemungkinan kita lah pelaku dari pelanggaran etika tersebut. Dalam ligkungan
tempat kita tinggal pun mempunyai etika sendiri agar lingkungan dapat terjaga
kelestariannya dan kenyamananya. Tetapi dalam kehidupan sehari – hari sering
terjadi pelanggaran etika lingkungan seperti salah satu contohnya membuang puntung
rokok sembarangan, berteriak di tempat yang butuh ketenangan, membuat coretan
pada dinding bangunan, menyemburkan asap rokok sembarangan, dan sebagainya.
Adapun contoh lain pelanggran
etika yang dapat kita lihat salah satunya merokok dilingkungan sekolah.
Kebanyakan jaman sekarang anak yang masih dibawah umur sudah merokok. Hal ini
di landasi karena rasa ingun tahu / coba-coba , pengaruh teman / ligkungan.
Hal ini sangat disayangkan, karena anak
di bawah umur yang sudah mulai merokok akan mengakibatkan terganggunya
kesehatan, menggangu prestasi belajar, dan yang pasti melanggar peraturan
sekolah.
Maka dari itu kita
harus mencari solusi terbaik agar anak yang dibawah umur ini tidak lagi
merokok. Salah satu solusi yang dapat kita lakukan adalah sering dilakukan
penyuluhan di sekolah tentang bahaya merokok, pihak sekolah yang melihat
muridnya merokok agar memanggil orang tuanya, dan yang paling penting memberi
perhatian lebih kepada anak. Dengan begitu diharapkan anak yang sering merokok
ini akan berhenti merokok.
Masih banyak lagi pelanggran etika lingkungan yang dapat
kita temui.Salah satu yang sering dilakukan anak remaja adalah pelanggaran
etika berpacaran. Pacaran di zaman sekarang ini sangat mengkhawatirkan, karena
banyak orang yang menganggap aktivitas pacar-pacaran sebagai suatu ikatan
seperti layaknya suami isteri sebelum menikah. Dengan begitu banyak orang yang
stress, galau, sedih dan bahkan sakit jiwa karena hubungan cinta dalam bentuk
pacaran. Padahal agama kita tidak melarang pacaran yang seperti itu sehingga
menimbulkan berbagai keburukan kepada para pelakunya.
Pacaran yang baik adalah pacaran yang
terbatas hanya untuk saling kenal-mengenal satu sama lain sebelum meningkat ke
arah pernikahan. Jika memang sudah cocok satu sama lain maka bisa berlanjut ke
arah pernikahan. Namun jika tidak merasa cocok satu sama lain harus segera
putus dan berpisah agar tidak terlanjut menimbulkan ikatan batin yang kuat pada
salah satu atau pun keduanya. Pacar-pacaran yang sehat tidak melibatkan nafsu
seksual dalam hubungan interaksi satu sama lain. Menentukan pacar juga tidak
boleh didasari atas nafsu syahwat, semata karena dapat menutup akal sehat
seseorang menjadi salah dalam memilih jodoh.
Berikut ini adalah beberapa peraturan,
etika, norma dan sebagainya yang berkaitan dengan kegiatan pacaran antara
laki-laki dengan perempuan (pria dan wanita / cowok dan cewek) :
1. Hanya Sebatas
Perkenalan
Jangan pernah menjadikan pacar-pacaran
sebagai sesuatu yang istimewa. Pacar tidak berbeda dari teman, namun teman yang
ingin kita kenal lebih detil dan lebih mendalam secara serius. Apabila cocok
bisa berlanjut ke pelaminan dan bila tidak maka akan tetap menjadi teman yang
biasa-biasa saja.
2. Tidak Melakukan
Kontak Fisik
Jangan melakukan sentuhan-sentuhan secara
fisik karena hal tersebut dilarang oleh agama. Adanya kontak fisik bisa
berakibat munculnya nafsu syahwat yang dapat merusak hubungan yang ada menjadi
lebih buruk. Tidak hanya sebatas kontak fisik saja namun komunikasi dan
perilaku yang dapat membuat disinya dan pasangannya menjadi terangsang juga
tidak boleh dilakukan.
3. Tidak Mengganggu
Isteri/Suami Orang Lain
Pacaran harus dilakukan dengan orang yang
belum menikah (gadis/perjaka) atau dengan yang sudah bercerai (janda/duda).
Kecuali bagi perempuan boleh berpacaran dengan lak-laki menikah yang memenuhi
persyaratan untuk poligami serta tidak menimbulkan keburukan pada istri yang
ada, anak-anaknya dan keluarga.
4. Dilakukan Secara
Serius Dengan Tujuan AKhir Menikah
Jika tidak serius pacaran sebaiknya tidak
usah pacaran. Karena jika pasangannya menanggapi hubungan pacaran tersebut
terlalu serius bisa membuat dirinya terluka dan tersiksa karena cinta yang
palsu. Hindari pacaran untuk tujuan pamer, ikut-ikutan trend, melampiaskan
nafsu setan, iseng, balas dendam, main-main, dan lain sebagainya. Sejak dini
harus segera menentukan sikap, apakah lanjut ke jenjang pernikahan atau selesai
cukup sampai di sini saja demi kebaikan bersama.
5. Menjadi Pacar Bukan
Berarti Memiliki
Tidak boleh mengatur-atur orang yang menjadi
pacar. Tidak boleh pula melarangnya untuk mencari kandidat lainnya karena semua
orang yang belum akad nikah masih boleh mencari yang terbaik untuk dijadikan
suami atau isterinya. Kalau sekedar memberi masukan, nasihat, curhat, berbagi
pengalaman, masih diperbolehkan. Kekerasan fisik maupun mental pun tidak boleh
dilakukan sewenang-wenang.
6. Tidak Sembunyi-Sembunyi
dan Menghormati Orangtua
Hindari pacaran diam-diam alias pacaran back
street karena bagaimana pun juga para orangtua berhak menilai diri kita dan
pasangan kita apakah layak untuk dinikahkan. kalau perlu jelaskan secara
baik-baik kepada orang tua kita mengenai pacar kita dan minta tanggapannya
sebelum kita perkenalkan. Orangtua berhak tidak menyetujui hubungan cinta
anak-anaknya jika memang dapat menjelaskan atau membuktikan bahwa pacar anaknya
dapat membawa keburukan serius.
7. Tidak Melakukan
Keburukan Pada Pasangan
Kepada pacar beserta keluarganya kita tidak
boleh berbohong, berkhianat, berlebihan, dan berbagai keburukan lainnya. Tidak
boleh pula bersifat materialistis yang hanya mengejar harta dari pasangannya
saja. Jika kita menjadi orang yang tidak baik maka resikonya adalah kita akan
diputuskan oleh pacar kita dan nama baik kita tercoreng di mata orang-orang.
8. Pacaran Adalah
Ujian dan Kompetisi
Kita harus siap menerima kekalahan dalam
hubungan cinta ketika pacar kita lebih memilih orang lain yang lebih baik dari
diri kita. Jangan salahkan orang lain jika kalah, namun salahkan diri sendiri
kenapa dulu tidak maksimal berjuang untuk mendapatkannya menjadi pasangan hidup
sah kita. Segala pengalaman yang ada akan sangat berguna bagi kita untuk memperbaiki
kesalahan kita sehingga tidak mengulangi kesalahan yang pernah kita lakukan.
9. Tidak Berpacaran
dengan Orang yang Berbeda Agama
Perbedaan keyakinan kita dengan pacar kita
tidak hanya akan menyebabkan penolakan dari keluarga, namun juga dari negara dan
masyarakat luas. Namun boleh-boleh saja jika pasangan kita ada kemungkinan
untuk berpindah keyakinan. Lakukan semua ini hanya untuk Tuhan kita, bukan yang
lain. Jika agama anda tidak melaran pernikahan berbeda agama, maka berarti anda
boleh menikah dengan orang yang agamanya juga tidak melarang pernikahan beda
agama.
10. Bina Hubungan Baik
Dengan Orang Lain
Bina hubungan yang baik dengan lawan jenis
yang mungkin bisa menjadi pasangan hidup kita (termasuk mantan dan orang yang
pernah menolah cinta kita). Jangan hanya berfokus dengan pacar kita saja karena
kita masih berhak untuk memilih yang lain yang lebih pantas menjadi
suami/isteri kita. Jika merasa tidak cocok, maka segera katakan dengan terus
terang untuk memutuskan tidak melanjutkan ke arah pernikahan dan seterusnya
menjadi teman biasa saja.
Artikelnya bagus, tapi ini bukan menyangkut pelanggara etika LINGKUNGAN, ini hanya etika biasa saja atau bisa dibilang etika pada pacar/suami/ atau istri orang :)), but good job tho'
BalasHapus